GUNA-GUNA CINTA PENAKLUK

Artikel Padepokan Sabdo Langit

Pasti ada suatu masa dimana anda pernah tergila pada seseorang. Kita dibikin mabuk kepayang karena memikirkannya. Terbesit sebuah fantasi bagaimana seandainya kita bisa meluangkan waktu bersamanya, bermanja-manja atau bahkan berniat untuk hidup semati dengannya. Sepertinya kita rela melakukan segala-galanya demi bersama orang yang kita cintai, seperti melakukan pelet, lintrik, atau ilmu pengasihan semua itu mantra cinta yang diturunkan oleh moyang kita.


Dalam dunia ini, adalah tidak mungkin untuk memenuhi seluruh keinginan kita. Tak perduli bagaimana kuat dan berpengaruhnya seseorang, ia akan tetap mengalami frustasi. Ia akan menginginkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Ketika ia telah memilikinya, ia menginginkan sesuatu lebih banyak lagi atau sesuatu yang lainnya lagi. Keinginan yang terpuaskan adlah wajar bagi setiap insan di dunia ini. Dalam kenyataannya, keinginan akan cinta orang lain selalu menimbulkan frustasi. Jika seseorang jatuh cinta dan mengetahui bahwa perasaaannya tidak terbalas, ia menjadi patah hati. Hal ini sering terjadi di masyarakat kita. Bahkan keadaan yang sudah jelas menyenahgkan dapat berubah secara tiba-tiba.


“Rasa frustasi, minder, takut, nekat hingga tak tahu mana yang baik dan buruk”, papar Ki Sukma Ningrat sebagai pemimpin Padepokan Sabdo Langit ini menjelaskan bahwa guna-guna, sebuah tindakan mistik yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dilakukan terkadang dengan alasan kurang pahamnya akan permaknaan menyukai atau menikahi orang lain dengan cara yang benar. “Mencintai sebenarnya didasari saling suka dan banyak hal. Tapi ada unsur lain yang mempengaruhi misalnya faktor ekonomi, budaya dan sosial.


Pemimpin Perguruan Sabdo Langit mengimbuhkan pula tentang penilaian baik dan buruk dalam budaya, “baik atau buruk dan benar atau salah dinilai pada peradaban. Dimana peradaban itu sendiri adalah kumpulan hasil dari budi luhur yang baik, sopan dan nilai-nilai positif lainnya.” Sedang dalam tahapan budaya salah satunya adalah kepercayaan pada dunia mistik dan ghaib. Disini manusia percaya pada hal-hal irasional, salah satunya mencari jodoh dengan cara mengguna-guna”.


Ada pepatah mengatakan bahwa jodoh dan kematian adalah misteri, namun terkadang orang lupa akan hal itu dan selalu ingin memenuhi hawa nafsunya. Hal ini dipraktekan cukup lama dari jaman nenek moyang hingga millenium ketiga. Tapi tak ada kata konkrit yang berhubungan dengan guna-guna ini. Yang pasti dari dulu orang melakukan ini untuk memenuhi kesenangan tersebut bisa berupa kesenangan lahir bathin.


Dimana orang melakukan guna-guna memang mencintai orang dan menikahinya tapi ada juga yang ingin merasakan rekreasi seksual hingga melancarkan guna-guna untuk kepuasan fisik dan kesenangan lahiriah semata. Dan ada yang melakukan hal mistik tersebut untuk balas dendam. “Mungkin ia kecewa karena ditolak cintanya oleh seseorang dan merasa sakit hati hingga bertekad untuk melampiaskan rasa frustasinya”, papar Ki Sukma Ningrat.


Sebenarnya hal itu tidak hanya dilakukan oleh masyarakat kita saja pada ratusan tahun lalu juga melakukan ilmu mistik guna menaklukan pujaan hatinya. Wanita disana biasanya membawa jahe yang dihaluskan kemudian memasukannya kedalam ikat pinggangnya untuk menarik pria pujaannya. Merek percaya bahwa aroma jahe tersebut bisa membuat pria bergairah. Hingga pada akhirnya terbentuklah desa dukun dan tukang sihir dan membayar mahal bermacam ramuan merangsang birahi. Dan ilmu tersebut sampai sekarang dipercaya khasiatnya. Ki Sukma Ningrat juga mencontohkan masyarakat Afrika yang masih mempraktekan voodoo untuk mendapatkan pasangan.


***

Artikel Lainnya

0 Comments:

Post a Comment