TRAGEDI KAMA SUTRA PEMAHAMAN SALAH ARAH

Padepokan Sabdo Langit

"Kamasutra adalah bahasa Sanksekerta, yang memang, berarti pedoman tentang hawa nafsu. Kama berarti nafsu, sedang Sutra adalah pedoman".


Namun sesungguhnya, ia tidaklah serendah itu. Tidak sekadar pedoman perihal kenikmatan ragawi semata. Tetapi merupakan uraian yang luar biasa cerdasnya, tentang filosofi karmawhibangga. Juga memuat uraian tentang daur-ulang energi, yang bisa dicapai melalui hubungan badaniah.


Jadi bukan sekadar hubungan seksual, yang juga bisa dilakukan secara sembarangan oleh binatang dengan nafsu hewaninya. Saya ulangi, ini persoalan tentang filosofi karmawhibangga. Atau boleh juga, persoalan tentang energi manusia. Energi yang sejak kita lahir, disimpan di paru-paru, hati, pankreas, ginjal, limpa, liver, kelenjar adrenalin sampai otak secara keseluruhan.


Setiap manusia, pada saat masuk usia 24 tahun, sudah tidak memproduksi energi segar lagi seperti masa sebelumnya. Sehingga mau tidak mau, energi yang tersimpan harus dihemat pemakaiannya dan didaur ulang, direproduksi. Bukan melalui pengobatan ilmiah (medicine) tetapi lewat metode pengobatan alternatif Kama Sutra.


KITAB TAHUN 300

Bhagavan Vatsyayana, editor Kama Sutra, memang menuliskan tentang berbagai postur senggama. Namun sesungguhnya, uraian itu hanya tercantum dalam satu bab saja, dari tujuh bab atau kitab yang ada dalam Kama Sutra. Beragam cara bercinta sekaligus posisinya diuraikan secara gamblang, manffat yang dipetik sekaligus juga efek sampingnya. Juga dilengkapi beragam jenis-jenis gigitan, cakaran dari yang sederhana sampai tekhnik Monica Lewinsky yang sempat menggoyang posisi Presiden AS, Bill Clinton itu beberapa waktu yang silam. Meski begitu, sesungguhnya Vatsyayana tidak berminat mengajarkan soal nafsu birahi. Lebih mulia dari itu.

Vatsyayana menulis kitab itu 16 abad lalu. Ia mengaku hanya sebagai penyunting atas berbagai informasi yang dan mitologi persenggamaan yang terjadi di India. Baik di gurun Rajasthan atau wilayah bangsawan sampai ke Assam, tempat kaum Sudra dan Weissya berteduh. Kala itu, Kama Sutra lebih dikenal sebagai metode Tantra. Metode tentang bercinta, tentang misteri lingga dan yoni. Tentang perpaduan antara yoga dan seks, menuju kesempurnaan hidup.


AJARAN TAO

Kama Sutra pada kebudayaan lain dikenal juga dan diajarkan oleh Tao Te Ching, seorang mahaguru dari Tiongkok yang dikenal lewat Taoisme. Versinya hampir mirip, sama-sama mengajarkan soal persenggamaan. Tao meyakini, energi utama atau Jing laki-laki akan lenyap begitu saja pada saat ejakulasi. Sedang wanita pada saat menstruasi, bukan pada saat orgasme ketika bersebadan. Persoalan energi inilah yang ingin dicarikan alternatif pengobatannya oleh Kama Sutra. Karena dunia medicine cuma sekadar mampu memberi jalan keluar sesaat. Misal lewat daya viagra, yang semakin hari semakin memitos itu.

Di Jawa pengetahuan tentang Kama Sutra sebetulnya sudah dimonumenkan di Candi Sukuh Jawa Tengah dalam bentuk relief. Orang sering menyebut candi itu sebagai candi porno. Jauh sebelum Kama Sutra dituliskan, Vatsyayana juga mempelajari relief seksologi di Candi Khajuraho-India Tengah. Kedua candi ini memiliki kemiripan, yakni sama-sama memonumkan pornografi. Selama ini orang India atau Jawa, sama-sama meyakini, kedua candi itu adalah tempat diajarkannya teori hubungan badan, sebelum seorang gadis masuk ke jenjang pernikahan. Gambarnya, memang porno-porno.


RELIEF DI BOROBUDUR

Fondasi Borobudur, salah satu dari 7 keajaiban dunia, di Magelang Jawa Tengah, juga memuat relief tentang hubungan badan semacam itu. Relief yang dipahatkan di dasar candi namun tidak dapat dilihat karena dilapisi batu penutup itu, merupakan gambaran filosofi karmawhibangga secara utuh. Jumlah reliefnya mencapai 160 panil, disembunyikan dibalik batu andhesit seluas 13.000 meter kubik. Dalam arsitekur Borobudur, bagian ini disebut Kamadbatu


Tidak ada arca Buddha di tempat tersebut. Buddha bersemayam di atasnya, di tempat yang disebut Rupadbatu atau unsur wujud. Juga diatasnya lagi sampai ke lingkaran dibawah stupa Borobudur. Di puncak stupa, sudah tidak ada Buddha. Karena ia sudah bersemayam di surga Tusita.


Sekitar tahun 1890-1891, bagian tersembunyi Kamadbatu itu, pernah dibuka seluruhnya lalu didokumntasikan dalam bentuk foto, oleh seorang Indonesia bernama Kasiyan Cephas. Setelah itu seluruh batu yang dibuka, ditutupkan lagi. Bayangkan, 13.000 meter kubik batu diangkat-angkat untuk dikembalikan ke tempatnya. Sampai hari ini, orang tidak pernah dapat melihat lagi, bagian artistik dari Kamadbatu yang menggambarkan hawa nafsu, angkara murka serta hukum karma. Pokoknya gambaran tentang proses seseorang dan sebab-sebabnya masuk ke neraka jahanam. Seratus enam puluh panil yang mengajarkan tentang hukum sebab-akibat, perbuatan baik dan jahat, yang kita kenali sebagai karmawhibangga. Wilayah itu tetap tertutup rapat, hanya sedikit di sisi Selatan terbuka dan dapat dilihat pengunjung Borobudur. "Samakah dengan Kama Sutranya Vatsyayana ?".


Saya yakin, ketika Siddharta Gautama menentukan bentuk dan tatanan stupa dengan contoh melipatkan jubahnya lalu meletakkan pinggan di atasnya dan diberi tongkat miliknya sebagai puncak mahkota, tak terbesit satu pikiran pun untuk mengajarkan Kama Sutra. Seperti juga ketika Vatsyayana mengolah Kama Sutra, ia tidak bermaksud buruk, menyebarluaskan ajaran perihal hawa nafsu. Nafsu tempatnya di paling bawah, karena itu ia digambarkan di lokasi Kamadbatu. Lokasi ini, menurut anggapan para arkeolog, dibangun hanya untuk mencegah longsornya Candi Borobudur.


TRAGEDI KEMUKUS

Jika orang berpikir tentang Kama Sutra, sebaiknya juga, ia berpikir tentang karmawibangga. Hukum karma yang diterimakan kepada seseorang, jika melanggar ajaran Buddha. Dalam khazanah kebudayaan Hindu, yang percaya adanya reinkarnasi, mereka yang melanggar dharma akan mendapat karma. Dilahirkan kembali dalam wujud satwa.


Meski begitu, toh teknologi canggih di dunia perfilman yang memvisualisasikan Kama Sutra, lebih mengendap di benak penontonnya. Daripada filosofi Kama Sutra itu sendiri. Sehingga rasa khawatir terhadap kelahiran kembali sesudah mati, tidak mendapat tempat sedikit pun. Seperti halnya dengan kebiasaan orang-orang yang lelaku tirakat dengan saling bersetubuh dengan nikmatnya, diantara batu nisan di petilasan Gunung Kemukus Jawa Tengah. Demi mengejar segala hal duniawi. Menurut kabar yang dibawa burung, bersetubuh di petilasan itu membuat dagangan cepat laku.


Barangkali juga tidak pernah terpikirkan penyusutan energi hidup, jika seseorang bakal kehilangan 30 sampai 40 persen energi hidupnya atau disebut Chi dalam Tao. Disebutkan, sejak usia 24 tahun tubuh tidak lagi memproduksi energi baru, maka segala bentuk pengumpulan energi lewat pengolahan nafas (meditasi) atau gerakan tubuh (yoga), sebetulnya hanya sebentuk upaya mendaur-ulang energi yang sudah ada. Energi memang tidak pernah dapat dimusnahkan, cuma dapa diubah atau dipindahkan.


Energi yang dihasilkan oleh organ seks pria atau wanita dalam pengertian Tao disebut Ching, hasilnya berwujud sperma indung telur. Ching mengalami sirkulasi dalam tubuh. Jika dimanfaatkan di suatu organ, akan meledak pada organ lain. Jadi jika seseorang terlalu banyak menggunakannya untuk kebutuhan biologis, maka otomatis sistem daur ulang energi itu akan mengalami hambatan. Seringkali berakibat berkunang-kunan, mudah pusing atau tengkuk mengeras. Sesungguhnya pihak wanita tidak terpengaruh oleh hal tersebut. Karena mereka baru akan kehilangan energi hidupnya (yang ditulis Chi di atas tadi itu, lhoo) pada saat menstruasi. Sehingga orgasme sempurna pada wanita bisa dialami berkali-kali dalam sekali persetubuhan.


MEDITASI SENGGAMA

Meski demikian, perilaku seksual yang tidak terkontrol, juga akan melemahkan indung telur wanita. Sebab itu dalam pelajaran pokok Kama Sutra yang dituliskan pada bab atau kitab awal, bukan persenggamaan melainkan kewajiban bermeditasi. Meditasi dijadikan filmeter (dalam hal ini) untuk lebih memahami hakikat sesungguhnya dari persenggamaan manusia, yang jelas-jelas berbeda dengan binatang.


Inti pokok meditasi yang terdiri metode pengosongan jiwa - bukan pikiran, di ajaran Tao diuraikan sebagai bentuk pengumpulan energi Chi menuju energi Shen atau energi gaib spiritual. Pengumpulan energi ini, tentu saja, harus dilakukan melalui berbagai bentuk olah pernafasan, pemusatan konsentrasi dan melakukan beragam jenis gerakan tertentu. Tujuannya untuk membangun kejiwaan seseorang agar lebih memahami aura kehidupan seks adalah sesuatu yang sangat istimewa. Tidak sekadar pertemuan dua orang dalam satu ranjang tapi pertemuan dua jiwa dalam satu dimensi. Dan pada akhirnya akan melahirkan kondisi kejiwaan baru yang lebih sehat dari sebelumnya. "Bukan sekadar bertemunya lingga dan yoni dalam satu titik saja".


Intisari kegiatan seksual sebetulnya hanya untuk membuahkan keturunan. Kalau ada bermacam metode persenggamaan, itu hanya karena ulah manusia saja. Di Inggris, pada zaman Wilhelmina, posisi bersenggama yang penuh variasa seperti dalam Kama Sutra adalah dosa yang sulit diampunkan. Yang benar adalah, wanita tetap di bawah lalu pria diatasnya. Kalau tidak, nanti anaknya akan menjelma jadi drakula. Begitulah tahayul yang beredar di negeri Inggris.


Pengertian soal hubungan seks untuk membuahkan keturunan, pada masa itu memang menjadi sebuah pengertian mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Dalam ajaran Tao, yang merupakan ajaran klasik, persoalan keturunan memang termasuk jadi ini utama ajarannya. Sehingga setiap wanita harus menjaga dengan hati-hati kesehatan indung telurnya. Seorang wanita disamping harus selalu melakukan gerakan Jing untuk dikumpulkan menuju energi Shen - dengan sebelumnya melewati tahapan gerak Ching dan Chi, juga harus mengatur posisi tidurnya. Posisi tidur salah, kesehatan indung telur juga aka terganggu.


TIDUR GAYA TAO

Ajaran Tao mewajibkan seorang wanita tidur ke sisi kanan. Tetap menggunakan bantal tapi posisi kepala harus sejajar bahu. Empat jari tangan kanan di taruh pada telinga kanan, ibu jari di belakang telinga dan menekan daun telinga agar senantiasa terbuka. Telinga wajib terbuka agar dapat menampung udara yang masuk melalui saluran eustachius. Tangan kiri diletakkan di luar paha. Betis kanan lurus dan betis kiri di atas kaki kanan. Dibengkokkan sedikit juga boleh. Posisi ini dipercayai oleh Tao sebagai posisi yang membantu menghidupkan enregi Jing selama wanita tertidur. Energi Jing adalah energi generatif dan kreatif yang dilahirkan oleh organ vital. Ia didaur-ulang kembali menjadi Chi.


Terlepas dari itu semua, Kama Sutra memang sebuah kitab yang fenomenal. Ibarat mata uang dengan dua sisi berbeda. Tergantung dari sudut pandang apa kita menelaahnya. Jika dipercaya sebagai bagian pengendali karmawibhannga, niscaya Kama Sutra adalah pedoman pengendalian hawa nafsu hewani dalam diri kita. Jika menyadari energi dalam tubuh terbatas, dan penghamburan terbanyak melalui persenggamaan, tentu Kama Sutra akan diterapkan sebagai gerakan pembentuk energi baru seperti yang dikatakan Tao.


Vatsyayana sama sekali tidak berniat menyebarluaskan pornoaksi atau pornografi. Kalau pada akhirnya Kama Sutra dieksploitasi jadi hiburan seks atau komoditi seks, mungkin karena di zaman sekarang sudah banyak sekali orang mengalami depresi konstan, sehingga butuh penyaluran. "Kama Sutra ya Kama Sutra, persenggamaan dengan berjenis variasi".


Inilah tragedi Kama Sutra.



0 Comments:

Post a Comment